Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Akal dan Hati

Setiap penantian harapan mendapatkan tantangan Tantangannya membuat pandangan menjadi buyar Buyarnya pandangan menjadikan letih Letih itu menjadi pasrahnya diri saat malam tiba Kejadian tersebut terulang dalam keseharian Kehidupan dilalui dengan rasa bimbang Dalam kesempatan hidup yang diberikan pagi hari Berarti hidup memiliki tujuan Tujuan yang masih perlu dicerna dengan hati Mata hati yang mengarahkan hidup tenang Hati membutuhkan arah dengan bertanya Mengapa hidup ini diberikan kesempatan melihat Akal hadir dalam pencarian dengan penasaran Mengali bongkah pengetahuan yang ada Penelusuran tetap dilakukan agar hidup merajai pikiran Pikiran menghasilkan keterbatasan akan keberadaan Kekuatan diri dikenali dengan mengasah hati Kelemahan diri dipedulikan dengan akal Hidup membaik dengan akal dan hati Menikmati penundukan hingga akhir

Dataran dan Kaki

Ketika menginjak dataran dengan kaki Dataran menahan beban yang berada di atasnya Kaki melangkah menurut pengarah diri Yang terlampau percaya akan arah yang akan dilalui Dataran menemani langkah kaki Berusaha memberi atap yang berseri Keseluruhan mata kaki melangkah tegap maju Dengan lantunan suara kaki menegaskan kerelaan terus bersama Menarilah mengelilingi ujung dari tumpuan Asa tertutupi dengan maksud yang terbidik Melawan warisan dari simbah tak terbendung Sedialah menanti pagi untuk menapak rasa percaya Sungguh dataran ini menemani dalam ketidaktahuan Membuang kekecewaan terdahulu Menghilaukan jangkauan masa depan yang dinanti Dengan melangkah masa sekarang harus terpatri

Kosong dan Putih

Kosong dan putih menghiasi tulisan ini pertama kali ditulis di tahun ini. Tiada kata yang bisa ditulis hingga kini setelah dihias selama hidup. Tak ada satu cerita yang bisa disampaikan kepada dunia. Hidup ini terasa sunyi dan sepi setelah badai melanda negeri. Sore ini terasa sunyi sekali dan tiada arah yang menanti. Tulisan ini mengalir tanpa adanya tujuan yang pasti. Kepastian tiada yang tahu namun katanya kita perlu menanti. Tak peduli dengan apa yang terjadi menghiasai sore ini. Merasa perlu untuk merubah sesuatu yang tak pasti. Namun akhirnya selama menulis ini terasa berbeda. Sahut menyahut kata ingin diketik. Luka dan lara telah ingin diucapkan namun tak bisa diucapkan. Senantiasa memandang pikiran yang tak tahu entah kemana. Menghiasi kata yang ingin terucap terkadang lupa akan derita yang tertekan diingatan. Dingin rasanya sore ini tak ingin terucap. Mungkin akan lahir persepsi tentang diri ini berbeda. Namun senang sekali bisa mengukir kembali di atas kertas putih ini. Menun